Jun 1, 2006

:: wanita n dakwah ::

oleh: Mohd Nor Zaiman Che Mansor

Di dalam tuntutan menyeru kepada ma'ruf dan mencegah pada yang munkar, timbul persoalan akan peranan muslimah/wanita di dalam berdakwah.

Apakah muslimah juga mempunyai kewajipan yang sama dengan muslimin di dalam beramar ma'ruf dan nahi munkar?

apakah ada dalil2 yang memberikan kewajpan berdakwah kepada muslimah/wanita dan adakah wujud batasan-batasan yang perlu dijaga oleh seseorang muslimah di dalam menunaikan tuntutan tersebut?

Ya, sudah pastilah terdapat penerangan-penerangan dan usaha-usaha yang dilakukan oleh para ulama didalam menguraikan permasalahan tersebut.Sepertimana penerangan yang diuraikan oleh Syaikh Abdul `Aziz bin Abdullah bin Bazz Rahimahullah di dalam Majmu`Fatawa wa Maqaalat, 7/323-326), beliau mengariskan dengan dalil2 Al-Quran dan As-sunnah yang mencangkupi semuanya.

Di antara dalil-dalil dari Al-Quran:

"Kaum mukminin dan mukminat, sebahagian mereka adalah penolong bagi sebahagian lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang mungkar." (At-Taubah : 71)

"Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang mungkar serta kalian beriman kepada Allah." (Ali Imran : 110)

Beliau juga menguraikan akan kewajipan muslimah/wanita agar menjaga adab-adab yang sesuai dengan shari'ah sepertimana juga kepada muslimin/lelaki dan juga harus bersabar di dalam mengharapkan pahala dari Allah ta'ala.

" Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
(Al-Anfal : 46)

Dan juga firman Allah azza wajalla yang menceritakan ucapan Luqman kepada anaknya:

"Wahai anakku, dirikanlah solat, suruhlah kepada yang ma`ruf, laranglah dari yang mungkar dan bersabarlah engkau menghadapi apa yang menimpamu, kerana itu adalah perkara yang diwajibkan Allah."
(Luqman : 17)

Beliau juga menegaskan agar muslimah/wanita yang berdakwah agar menjaga ada-adab yang digariskan oleh shari'ah sepertimana tegas beliau:

dia harus menjadi tauladan dalam menjaga
iffah (kehormatan), hijab dan amal soleh. Hendaknya dia menjauhi tabarruj dan ikhtilath (bercampur-baur antara lelaki dan wanita yang bukan muhrim) yang itu adalah terlarang hingga dia berdakwah dengan ucapan dan perbuatan dalam meninggalkan apa yang diharamkan Allah atasnya.

Beliau juga ditanya apakah perlu disediakan waktu untuk wanita agar dia berdakwah kepada Allah? beliau menjawab:

Saya tidak dapati ada larangan dalam hal itu. Jika ditemui ada wanita solehah yang boleh berdakwah,
maka selayaknya dia dibantu, diatur waktunya, diminta darinya untuk membimbing para wanita sejenisnya, kerana memang para wanita perlu kepada para pembimbing wanita.

Adanya wanita seperti ini di kalangan wanita lainnya kadang lebih bermanfaat dalam menyampaikan dakwah untuk mengajak kepada jalan yang benar daripada lelaki. Kadang kala wanita-wanita itu malu bertanya kepada da`i yang lelaki, sehingga dia menyembunyikan apa yang seharusnya dia tanyakan. Kadang pula dia terlarang untuk mendengarkan dakwah daripada lelaki. Namun jika da`inya wanita, dia tidak demikian. Kerana dia boleh berdekatan dengannya dan menyampaikan apa yang perlu baginya serta hal itu lebih besar pengaruhnya.

Maka dengan adanya penguraian ini yang dilakukan oleh para ulama' dapat kita ketahui bahawa muslimah/wanita juga menpunyai kewajipan sama dengan lelaki di dalam berdakwah kepada Allah. Hendaklah wanita yang mempunyai ilmu agar menjalankan kewajipan dakwah ini serta memberi nasihat pada yang lain dengan membawa kebaikan semampu yang boleh. sepertimana firman Allah ta'ala:

"Ajaklah mereka kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasihat yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang paling baik."
(An-Nahl : 125)

"Katakanlah: Inilah jalanku, aku berdakwah kepada Allah berdasarkan bashiroh (ilmu), aku dan orang yang mengikutiku." (Yusuf : 108)

"Dan siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang yang berdakwah kepada Allah dan beramal soleh dan dia mengatakan: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Islam)." (At-Taghabun:16)

Menurut syaikh Abdul Aziz bin Baz ayat-ayat seumpama ini cukup banyak dan mencakupi lelaki dan wanita.

:: wHat iF ::

What if,
Allah couldn’t take the time to bless us today
because we couldn’t take the time to thank Him yesterday?

What if,
Allah decided to stop leading us tomorrow
because we didn’t follow Him today?

What if,
we never saw another flower bloom
because we grumbled when Allah sent the rain?

What if,
Allah didn’t walk with us today
because we failed to recognize it as His day?

What if,
Allah took away the Quran tomorrow
because we would not read it today?

What if,
Allah took away His message
because we failed to listen to the messenger?

What if,
the door of the Mosque was closed
because we did not open the door of our heart?

What if,
Allah stopped loving and caring for us
because we failed to love and care for others?

What if,
Allah would not hear us today
because we would not listen to Him?

What if,
Allah answered our prayers the way we answer His calls?

What if,Allah met our needs the way we give Himour lives?

Think about it…

:: O Lord ::

O Lord,

If tomorrow on Judgment Day

You send me to Hell,

I will tell such a secret

That Hell will race from me

Until it is a thousand years away.

O Lord,

Whatever share of this world

You could give to me,

Give it to Your enemies;

Whatever share of the next world

You want to give to me,

Give it to Your friends.

You are enough for me.

O Lord,

I worship You From fear of Hell,

burn me in Hell.

O Lord,

If I worship You From hope of Paradise,

bar me from its gates.

But if I worship You for Yourself alone

Then grace me forever the splendor of Your Face.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...