Jul 31, 2008

Israk Mikraj..apa yang anda faham?

dulu, perjalanan Rasulullah diangkat ke langit..

semalam, perjalanan para pejuang menjalani imtihan.. [midterm test]

hari ni, perjalanan kita mencari keredhaanNya..

Isra' Mikraj

Isra' Mikraj: Sebuah Pandangan Alternatif

Isra' = berjalan dalam perjalanan yang terlalu jauh (Iaitu perjalanan Rasul Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa)

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [17:1]

Mikraj = perjalanan naik ke langit (Naik ke Hadhratul-Qudus Menemui Allah)

Huraian lanjut [klik sini]

Pengajaran daripada Isra' Mikraj [klik sini]

Saya melihatkan peristiwa ini sebagai suatu amanah yang besar kepada Nabi Allah, Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wassallam untuk menceritakan pengalamannya melalui Isra' Mikraj kepada para sahabatnya yang pada hakikatnya memerlukan keimanan yang tinggi untuk seseorang mempercayainya dan menyampaikan kepada ummatnya mengenai tanggungjawab mendirikan solat. Hal ini bukan suatu yang mudah!(makluman lanjut sila klik di 'Huraian Lanjut')

Amanah dan Tanggungjawab

Saya pernah menghadiri seminar sewaktu zaman menengahan dulu berkaitan Amanah & Tanggungjawab. Sedikit saya kongsikan input pemahaman sewaktu diseminarkan.

Membuat orang celik akan 'amanah' membuatkan kita sedar pentingnya pemahaman dan penerapan amanah dalam setiap aspek kehidupan. Hatta ulama' sekalipun memberikan makna yang bervariasi kerana perbezaan pendekatan yang digunakan masing-masing. Amanah bukan hanya pada upaya. Amanah juga termasuk dalam ayat-ayat yang difahami mengandungi erti amanah. Tidak cukup dengan itu, amanah perlu dilihat pada aspek-aspek yang mengiringinya seperti iman dan taqwa.

"(Iaitu) orang-orang yang merombak (mencabuli) perjanjian Allah sesudah diperteguhkannya dan memutuskan perkara yang disuruh Allah supaya diperhubungkan dan mereka pula membuat kerosakan dan bencana di muka bumi. Mereka itu ialah orang-orang yang rugi." [2:27]

"Dan jika kamu berada dalam musafir (lalu kamu berhutang atau memberi hutang yang bertempoh), sedang kamu tidak mendapati jurutulis, maka hendaklah diadakan barang gadaian untuk dipegang (oleh orang yang memberi hutang). Kemudian kalau yang memberi hutang percaya kepada yang berhutang (dengan tidak payah bersurat, saksi dan barang gadaian), maka hendaklah orang (yang berhutang) yang dipercayai itu menyempurnakan bayaran hutang yang diamanahkan kepadanya dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Tuhannya dan janganlah kamu (wahai orang-orang yang menjadi saksi) menyembunyikan perkara yang dipersaksikan itu dan sesiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya dia adalah orang yang berdosa hatinya dan (ingatlah), Allah sentiasa Mengetahui akan apa yang kamu kerjakan." [2:283]

Secara tak langsung ayat ini membuktikan perkaitan antara amanah dengan iman seseorang yang tercermin dalam akhlak-akhlak Islami.

Amanah diambil dari kata Alamnu (aman) karena amanah aman dari penolakan hak. Ia mengandungi makna yang cukup luas. Ia mencakupi hubungan manusia dengan Allah, juga hubungan manusia dengan manusia dalam bermasyarakat. Amanah terdapat pada ayat Makkiyah dan Madaniyah. Namun, ia lebih kerap disebut dalam ayat Madaniyah yang menjelaskan bahawa adanya persoalan yang masih terkait dengan pengertian amanah dalam berbagai pandangan.

Melihatkan dunia sekarang, amanah masih gagal dilaksanakan oleh umat Islam secara sempurna. Sehingga menyebabkan bangsa-bangsa Muslim belum dapat mencapai tahap membanggakan sebagai bangsa yang menegakkan amanah (high trust society). Tidak dinafikanlah sekiranya Muslim masih tercorot dari segala segi.

Melihat dari skop yang lebih meluas, amanah merupakan kunci kemakmuran dan kejayaan suatu bangsa, amanah menjadi pengikat sosial yang mampu membentuk solidariti dan jaringan lapisan masyarakat demi membentuk demokrasi dan perdamaian.

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." [4: 58]

"Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; semuanya enggan untuk memikul amanat dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, lalu dipikullah manah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh."
[33 : 72]

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." [8 : 27]

"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya." [23 : 8]

Hadith Mengenai Persoalan Amanah

Dari Abu Musa r.a dari Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda : "Bendahara muslim yang memiliki sifat amanah membayarkan dengan senang hati sejumlah harta yang telah diperintahkan (tuannya) kepada orang yang telah ditentukan, (perbuatannya itu sama pahalanya dengan) orang yang memberi shadaqah."

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Shallalhu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: "Tunaikanlah amanat kepada orang yang mempercayakan kepadamu dan janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi). 

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Shalllahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Tanda orang munafiq itu ada tiga, yaitu: apabila berbicara berdusta, apabila berjanji menyalahi, dan apabila dipercaya, berkhianat." Dalam riwayat lain, "Sekalipun ia melakukan shaum, shalat dan mengaku sebagai seorang muslim."

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, bersabda, "Orang yang dimintai pendapat adalah orang yang memperoleh amanat." (HR.Tirmidzi). 

Dari Jabur bin Abdillah r.a, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: "Apabila seseorang menceritakan suatu cerita, kemudian menengok (ke kanan dan ke kiri), perkataan itu adalah amanat." (HR. Tirmidzi).

Manfaaat yang Diperoleh dari Amanah

Amanah adalah sesuatu yang tersembunyi dan tidak diketahui oleh orang. Sesuatu yang paling patut untuk dipelihara adalah sesuatu yang paling tersembunyi. Ada 2 jenis amanah:

  • Hak-hak Allah atas hamba-Nya dan hak-hak tersebut tidak diketahui oleh mereka.
  • Hak di antara sesama hamba, yang dipercayakan kepada mereka tanpa diketahui secara jelas.

Amanah mencakupi seluruh aspek Din; ibadah dan muamalah. Dilihat dari faktor penyerahan amanah pula, amanah diberi kepada seseorang atas dasar kepercayaan orang yang memberi amanah kepada orang yang diberi amanah. Karenanya, ia tidak boleh mengkhianati pemberi amanah. Seseorang yang menerima amanah wajib untuk menunaikan amanah tersebut, jika tidak, ia akan dipersoalkan diakhirat kelak. Nantikan saja azab dari Allah. 

Orang yang memiliki potensi dan sifat amanah paling layak berhak untuk dikontrak. Potensi di sini bermaksud kemampuan dalam bekerja. Kemampuan tersebut berbeza-beza sesuai dengan jenis pekerjaannya. Suatu pekerjaan akan cacat jika pelakunya tidak memiliki kemampuan dan sifat amanah, atau tidak memiliki salah satunya. 

Menjaga amanah dan janji merupakan sifat utama orang-orang mukmin. Dengan kedua-dua sifat ini, mereka memperoleh keberuntungan. Orang yang diutus oleh penguasa Muslim kepada orang-orang non muslim untuk melaksanakan suatu tugas, kemudian ketika mereka meminta nasihat kepadanya tentang hal yang harus merepa perbuat, dia memberi nasihat yang menyalahi tugasnya, maka ia telah mengkhianati amanah yang diberi keatasnya. Amanah itu selamanya tidak boleh dikhianati, dalam hal ini tidak ada pengecualian!

"Janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu."

Amanah itu termasuk tanda iman, sementara khianat itu termasuk tanda-tanda munafiq. Di akhirat kelak, amanah dan rahim berdiri bersebelahan di kedua sisi sirath untuk menuntut hak keduanya. Tidak ada iman bagi orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya. 

Bila seseorang diminta pendapat bererti dia dipercaya, karena itu dia tidak boleh mengkhianati orang yang meminta pendapatnya dengan cara menyembunyikan kemaslahatannya. Demikian pula, seseorang tidak boleh meminta nasihat kepada orang yang tidak amanah, seperti orang kafir dan orang durhaka, iaitu dengan menjadikan mereka sebagai penasihat. 

Sumber : Kitab "Amanah dalam Manajemen", Mahdi bin Ibrahim bin Muhammad Mubjir dan koleksi catatan peribadi.

Kamu persoalkan orang lain tidak bekerja dalam jama'ah, tidak jaga kebajikan ahli..apa salahnya mulakan dari diri kamu dulu.

Mula merancang kerja dan jalankan kerja, jangan tunggu diberi kerja.

Hulur tanganmu untuk bantu orang lain, jangan tunggu orang lain menagih bantuanmu.

Mulakan dirimu untuk jaga kebajikan orang lain, jangan tunggu orang lain jaga makan pakaimu.

p/s: jangan persoalkan pemberian orang lain jika dirimu tidak pernah tahu makna memberi

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...